Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Salah satu permasalahan fikih yang sering dibahas adalah ketika hari raya (Idul Fitri atau Idul Adha) jatuh pada hari Jumat. Pertanyaannya: apakah orang yang telah melaksanakan shalat Id tetap diwajibkan menunaikan shalat Jumat?
Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat, dan berikut rinciannya:
1. Pendapat Madzhab Hanafiyah dan Malikiyah: Wajib Jumat Meski Telah Shalat Id
Menurut Madzhab Hanafiyah dan Malikiyah, shalat Jumat tetap wajib meskipun seseorang telah menunaikan shalat Id. Pendapat ini didasarkan pada ketegasan bahwa dua ibadah tersebut memiliki hukum tersendiri dan tidak saling menggugurkan.
Disebutkan dalam Tabyīn al-Ḥaqā’iq:
تَجِبُ صَلَاةُ الْعِيدَيْنِ عَلَى مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ الْجُمُعَةُ بِشَرَائِطِهَا سِوَى الْخُطْبَةِ، نَصٌّ عَلَى الْوُجُوبِ، وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ، وَهُوَ الْأَصَحُّ. وَفِي الْجَامِعِ الصَّغِيرِ: عِيدَانِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ، فَالْأَوَّلُ سُنَّةٌ، وَالثَّانِي فَرْضٌ وَلَا يُتْرَكُ وَاحِدٌ مِنْهُمَا.
Artinya:
"Shalat dua hari raya (Id) wajib atas orang yang wajib melaksanakan shalat Jumat dengan syarat-syaratnya, kecuali khutbah. Ini adalah nash yang menunjukkan kewajiban, merupakan riwayat dari Abu Hanifah, dan inilah pendapat yang paling benar. Dalam al-Jami’ as-Saghir disebutkan: apabila dua hari raya berkumpul dalam satu hari, maka yang pertama (shalat Id) adalah sunnah, dan yang kedua (shalat Jumat) adalah fardhu, dan tidak boleh meninggalkan salah satu dari keduanya."
(Tabyīn al-Ḥaqā’iq, Jilid 1, hlm. 223–224)
2. Pendapat Madzhab Hanabilah: Gugur Jumat Bagi yang Telah Shalat Id
Berbeda dengan Hanafiyah dan Malikiyah, Madzhab Hanabilah berpendapat bahwa orang yang telah melaksanakan shalat Id tidak diwajibkan shalat Jumat, melainkan cukup dengan shalat Dzuhur. Pendapat ini didukung oleh hadits-hadits yang menunjukkan adanya keringanan (rukhshah) dari Rasulullah ﷺ.
Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Ramlah asy-Syami:
عن إياس بن أبي رملة الشامي، قال: شهدتُ معاويةَ بن أبي سفيان، وهو يسأل زيدَ بن أرقم، قال: أشهدتَ مع رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم عيدين اجتمعا في يومٍ؟ قال: نعم، قال: فكيف صنع؟ قال: صلى العيدَ، ثم رخَّص في الجمعةِ، فقال: مَن شاء أن يُصلِّيَ فليُصلِّ.
(HR. Abu Daud, no. 1070)
Artinya:
"Aku menyaksikan Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam, 'Apakah engkau pernah bersama Rasulullah ﷺ pada dua hari raya yang berkumpul dalam satu hari?' Zaid menjawab, 'Iya.' Lalu ditanya, 'Apa yang beliau lakukan?' Ia menjawab, 'Beliau melaksanakan shalat Id, kemudian memberi keringanan untuk tidak menghadiri shalat Jumat. Rasulullah ﷺ bersabda: Siapa yang ingin shalat Jumat, silakan.'"
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan:
قد اجتمع في يومكم هذا عيدان، فمن شاء أجزأه من الجمعة، وإنا مجمعون.
(HR. Abu Daud, no. 1073)
Artinya:
"Telah berkumpul dalam hari ini dua hari raya. Maka barang siapa yang ingin, cukup baginya shalat Id sebagai pengganti shalat Jumat. Namun kami tetap akan melaksanakan shalat Jumat."
3. Pendapat yang Dikuatkan oleh Para Ulama
Imam Ibnu Qudamah dalam al-Mughni mengatakan:
وإن اتفق عيد في يوم جمعة، سقط حضور الجمعة عمَّن صلى العيد، إلا الإمام، فإنها لا تسقط عنه إلا أن لا يجتمع له من يصلي به الجمعة.
(al-Mughnī, Jilid 3, hlm. 242)
Artinya:
"Jika hari raya bertepatan dengan hari Jumat, maka gugurlah kewajiban Jumat bagi orang yang telah menunaikan shalat Id, kecuali imam. Imam tetap wajib melaksanakannya, kecuali tidak ada jamaah yang hadir bersamanya."
Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmū’ Fatāwā juga berkata:
أن من شهد العيد سقطت عنه الجمعة، لكن على الإمام أن يقيم الجمعة ليشهدها من شاء شهودها، ومن لم يشهد العيد. وهذا هو المأثور عن النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه كعمر، وعثمان، وابن مسعود، وابن عباس، وابن الزبير وغيرهم، ولا يعرف عن الصحابة في ذلك خلاف.
(Majmū’ Fatāwā, Jilid 24, hlm. 211)
Artinya:
"Barang siapa yang telah menunaikan shalat Id, maka gugurlah kewajiban shalat Jumat darinya. Namun imam tetap wajib melaksanakan shalat Jumat untuk siapa pun yang ingin mengikutinya atau belum shalat Id. Ini adalah pendapat yang berasal dari Nabi ﷺ dan para sahabat seperti Umar, Utsman, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan lainnya. Tidak diketahui adanya perbedaan pendapat di kalangan sahabat dalam masalah ini."
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah juga memfatwakan:
من صلى العيد يوم الجمعة، رُخِّص له في عدم حضور صلاة الجمعة ذلك اليوم إلا الإمام، فيجب عليه إقامتها بمن حضر. فإن لم يحضر إليه أحد، سقط وجوبها عنه، وصلى ظهراً.
(Fatāwā al-Islāmiyyah, Jilid 1, hlm. 415)
Artinya:
"Barang siapa yang telah melaksanakan shalat Id pada hari Jumat, maka ia diberi keringanan untuk tidak menghadiri shalat Jumat, kecuali imam. Imam wajib melaksanakannya bersama orang-orang yang hadir. Jika tidak ada yang hadir, maka kewajiban Jumat gugur dan ia menggantinya dengan shalat Dzuhur."
Kesimpulan
Dari berbagai pendapat yang ada, pendapat yang lebih kuat (rajih) adalah:
-
Bagi orang yang telah melaksanakan shalat Id, kewajiban shalat Jumat gugur, namun ia tetap wajib melaksanakan shalat Dzuhur.
-
Imam tetap wajib menyelenggarakan shalat Jumat, kecuali jika tidak ada jamaah yang hadir, maka ia cukup menunaikan shalat Dzuhur.
Pendapat ini berlandaskan pada hadits-hadits shahih dan atsar para sahabat yang tidak menunjukkan adanya khilaf di antara mereka.
✍️ Oleh:
Ustaz Fadli Aiman, S.H., M.H.
Ketua Yayasan Pendidikan Al-Islami
Wahdah Islamiyah Kabupaten Sinjai