Minum Air Comberan Padahal Ada Air Bersih: Itulah Ekonomi Umat Hari Ini

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Bayangkan seseorang kehausan di tengah terik matahari. Di sebelah kirinya ada segelas air putih: bersih, segar, dan menyejukkan. Tapi alih-alih meminumnya, ia malah menunduk, menyiduk segenggam air comberan dari selokan, lalu meneguknya dengan puas. Orang-orang yang melihatnya tentu akan terkejut, bahkan mungkin mengira tak waras.

Aneh? Ya. Tapi begitulah kondisi sebagian besar umat Islam hari ini—dalam urusan ekonomi.

Warisan yang Terlupakan

Umat Islam mewarisi sistem ekonomi yang mulia dan paripurna. Islam tidak hanya mengajarkan shalat dan puasa, tapi juga cara berdagang, mengelola harta, memberi pinjaman, mengatur pajak, hingga membangun kesejahteraan masyarakat.

Namun kenyataannya, banyak dari kita justru lebih percaya pada sistem ekonomi konvensional—yang dipenuhi riba, spekulasi, dan ketimpangan. Sebuah sistem yang dibangun di atas fondasi kapitalisme dan nafsu, bukan nilai-nilai kebenaran.

Kita seperti orang haus yang malah memilih air comberan: kotor, bau, tapi dianggap “praktis” dan “menguntungkan”.

Fakta Pahit: Bank Syariah Masih Dipandang Sebelah Mata

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Namun, tahukah Anda bahwa pangsa pasar bank syariah di Indonesia masih di bawah 10%?

Menurut data OJK per akhir 2024, aset bank syariah hanya sekitar 7,3% dari total perbankan nasional. Artinya, dari setiap 100 pengguna jasa bank, hanya 7–8 orang yang memilih bank syariah. Sisanya? Masih nyaman dengan sistem bunga—alias riba.

Padahal ini ibarat ada dua jalan: satu jalan bersih yang Allah ridhai, dan satu jalan berlumpur penuh dosa. Tapi entah kenapa, kita justru lebih suka jalan yang kotor.

Mengapa Kita Masih Memilih Air Comberan?

Beberapa alasan yang umum dijumpai:

  1. Kurangnya Edukasi
    Banyak umat yang belum paham apa itu riba, seberapa bahayanya, dan bagaimana sistem ekonomi Islam bekerja.

  2. Menganggap Syariah Itu Rumit
    Ada anggapan bahwa bank syariah ribet, keuntungannya kecil, atau produknya terbatas. Padahal itu lebih banyak mitos daripada fakta.

  3. Terlalu Percaya pada Sistem Buatan Manusia
    Sistem kapitalisme modern dianggap lebih “realistis” dan “canggih”. Padahal di dalamnya penuh cacat moral dan ketimpangan.

  4. Kurang Percaya pada Sistem Allah
    Ini yang paling serius. Padahal Allah telah menjanjikan keberkahan bagi siapa pun yang meninggalkan riba dan kembali ke sistem-Nya (lihat QS. Al-Baqarah: 275–279).

Air Putih Itu Ada, Tinggal Mau atau Tidak

Sistem ekonomi Islam bukan utopia. Ia nyata, pernah diterapkan, dan terbukti membawa kemakmuran. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, zakat sulit disalurkan karena semua rakyat telah sejahtera.

Kenapa bisa begitu? Karena sistem Islam:

  • Mengharamkan riba dan membebani kekayaan

  • Mengedepankan keadilan dan keseimbangan

  • Mewajibkan zakat, menyalakan infak dan sedekah

  • Mendorong distribusi kekayaan secara adil melalui sistem bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah

Hari ini, sistem ini mulai bangkit. Lembaga seperti bank syariah, koperasi syariah, marketplace halal, hingga produk keuangan syariah lainnya menjadi “air putih” yang sudah tersedia. Tinggal apakah kita mau meminumnya atau tetap memilih comberan.

Jangan Menyesal Saat Racunnya Menyebar

Mungkin sekarang kita merasa nyaman saja dengan sistem yang ada. Tapi perlahan, riba dan ketimpangan itu mulai meracuni:

  • Korupsi meningkat

  • Utang konsumtif meluas

  • Gaya hidup boros tak terkendali

  • Kesenjangan kaya-miskin makin menganga

  • Gaji naik, tapi hidup tetap sempit

Padahal Allah telah memperingatkan secara tegas:

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut, jika kamu benar-benar beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu..." 
(QS. Al-Baqarah: 278–279)

Bayangkan, bukan negara asing yang memerangi kita, tapi Allah dan Rasul-Nya —hanya karena kita masih bersikuuh dengan sistem riba.

Saatnya Berpindah Gelas

Umat Islam tidak kekurangan sistem. Kita hanya kekurangan keberanian untuk kembali kepada aturan Allah.

Air putih itu ada: bersih, segar, dan penuh berkah. Tapi kita masih memilih air comberan karena dianggap lebih “mudah” dan “menguntungkan”.

Saatnya berubah.
Saatnya hijrah.
Dari sistem manusia menuju sistem Ilahi.
Dari riba menuju keberkahan.
Dari ketimpangan menuju keadilan.

Karena apa pun yang datang dari Allah, pasti lebih bersih, lebih adil, dan lebih menyelamatkan .

Oleh : Muh. Ilham Anugrah Bayu 
Tondong, 20 Muharram 1447 H / 26 Juli 2025 M

Hikmah | 18 Jul | Selengkapnya ...

Efek Boykot pada Perekonomian dan Kekuatan Militer Negara

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Pernahkah kita berpikir bahwa keputusan sederhana untuk tidak membeli suatu produk bisa mengguncang ekonomi sebuah negara? Bahkan lebih jauh lagi, bisa memengaruhi kekuatan militernya?

Boykot bukanlah hal baru dalam sejarah umat manusia. Namun, bagi umat Islam hari ini, terutama dalam konteks konflik berkepanjangan di Palestina, boykot telah menjadi bentuk perlawanan yang sangat bermakna. Tidak perlu senjata, tidak perlu anggaran besar—cukup kesadaran kolektif, konsistensi, dan niat untuk tidak menjadi bagian atau kontributor dari sistem yang menindas.

Mengapa Boykot Itu Penting?

Kita hidup di era kapitalisme global. Banyak perusahaan multinasional terlibat langsung atau tidak langsung dalam mendanai penjajahan, kekerasan, bahkan genosida. Sebagian dari mereka bahkan secara terang-terangan menyumbang kepada para negara tinari tanpa terkecuali militer Israel atau memberikan dukungan teknologi kepada sistem apartheid terhadap rakyat Palestina.

Dengan membeli produk mereka, secara tidak sadar kita ikut memperkuat ekonomi yang menopang mesin militer. Di sinilah kekuatan boykot mengambil peran: memutus aliran dana ke arah yang salah.

Sekilas Kondisi Palestina Saat Ini

Sejak Oktober 2023, Gaza mengalami salah satu serangan paling brutal dalam sejarahnya. Puluhan ribu warga Palestina telah syahid, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan yang tak berdosa. Ratusan ribu lainnya terluka, kehilangan rumah, dan hidup dalam kelaparan serta trauma.

Blokade total yang diberlakukan oleh Israel menghalangi bantuan medis dan pangan masuk ke Gaza. Rumah sakit lumpuh, sekolah hancur, dan seluruh sistem kehidupan runtuh. Listrik dan air bersih nyaris tidak tersedia. Ini bukan lagi soal konflik, ini soal pembantaian sistematis terhadap sebuah bangsa.

Dalam kondisi seperti ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai Muslim yang hidup nyaman di luar zona perang? Salah satu jawabannya: boykot.

Contoh Nyata Dampak Boykot

Bukan isapan jempol belaka. Beberapa waktu lalu, perusahaan-perusahaan besar yang ditengarai pro-Israel mengalami penurunan penjualan drastis bahkan penutupan beberapa gerai dan restoran di berbagai negara mayoritas Muslim. Salah satu jaringan makanan cepat saji yang sangat populer misalnya, melaporkan penurunan pendapatan hingga miliaran dolar hanya dalam hitungan bulan.

Efek ini bukan hanya tekanan ekonomi. Ketika angka penjualan merosot, perusahaan mulai panik. Mereka terpaksa mengeluarkan pernyataan publik, berusaha menjauhkan diri dari konflik, atau bahkan mengubah kebijakan mereka. Artinya? Suara kita didengar, tindakan kita diperhitungkan.

Bayangkan jika itu dilakukan secara konsisten oleh jutaan Muslim di seluruh dunia. Jika 1 orang berhenti membeli produk seharga Rp20.000, mungkin tak terasa. Tapi kalau 10 juta orang? Itu berarti Rp200 miliar. Dan uang sebesar itu bisa saja tadinya digunakan untuk membeli senjata, amunisi, atau membiayai propaganda.

Kaitan Langsung dengan Militer

Uang adalah darah dalam sistem militer modern. Tanpa dana, militer tidak bisa membeli senjata, membayar tentara, atau mendanai operasi-operasi intelijen. Beberapa perusahaan yang kita boikot memiliki keterkaitan langsung dengan penyediaan teknologi militer—baik berupa perangkat pengawasan, alat pelacak, hingga sistem persenjataan canggih.

Dengan melemahkan perusahaan-perusahaan tersebut secara finansial, maka secara tidak langsung kita juga melemahkan kekuatan militer yang disokongnya.

Ini Bukan Sekadar Isu Palestina

Kadang kita berpikir, “Ah, Palestina jauh. Saya di Indonesia, apa pengaruhnya?”
Tapi sesungguhnya ini bukan hanya soal Palestina. Ini soal keadilan global, soal keberpihakan pada yang tertindas, soal tanggung jawab moral sebagai Muslim.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Perumpamaan kaum Mukminin dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi seperti satu tubuh; jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan tidak tidur dan demam."
(HR. Muslim)

Maka jika saudara kita di Gaza dibantai, dan kita masih nyeruput kopi dari perusahaan yang ikut menyumbang ke sana, atau menikmati seporsi nasi dari salah satu perusahaan penyokong dana militer israel bukankah itu bentuk kealpaan yang menyakitkan?

Tantangan dan Konsistensi

Tentu, boykot tidak mudah. Banyak produk-produk yang sudah terlanjur jadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. Tapi di sinilah tantangannya: sejauh mana kita rela berkorban untuk membela kebenaran?

Kita tidak dituntut untuk sempurna. Namun setiap langkah kecil yang kita ambil, jika dilakukan bersama-sama, akan menciptakan efek besar. Ini bukan tentang satu orang, tapi tentang kesadaran kolektif umat Islam di seluruh dunia.

Perlawanan Tak Harus Angkat Senjata

Perlawanan tidak harus di medan tempur. Dengan boikot, kita sedang ikut bertempur di medan ekonomi. Dan ingat, setiap rupiah yang tidak kita belanjakan ke pihak yang menindas, adalah bentuk solidaritas nyata kita.

Kita mungkin tidak bisa mengangkat senjata. Tapi kita bisa memilih apa yang kita beli. Kita mungkin tidak bisa melarang perusahaan besar munyuplai dana ke militer israel. Tapi kita punya hak untuk tidak membeli dari perusahaan tersebut. Kita bisa membangun ekonomi sendiri. Kita bisa memperkuat brand-brand lokal milik umat. Kita bisa... jika kita mau.

Mari terus istiqamah dalam boikot. Bukan karena tren. Bukan karena viral. Tapi karena ini adalah bagian dari iman kita, dari kepedulian kita, dan dari jihad kita di jalan Allah.

Oleh: Muh Ilham Anugrah Bayu


Hikmah | 07 Jul | Selengkapnya ...

STATUS HUKUM DARAH MANUSIA, NAJIS ATAU SUCI?

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Darah manusia menjadi salah satu pembahasan menarik dalam bab fikih dari dulu hingga sekarang. Dalam hal ini, para ulama fikih berbeda pendapat tentang status hukum darah manusia: apakah ia najis atau suci. Berikut penjelasan pendapat para ulama:

1. Mayoritas Ulama: Darah Manusia Najis (kecuali sedikit)

Mayoritas ulama fikih dari kalangan mazhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa darah manusia adalah najis, hanya saja dimaafkan jika dalam jumlah sedikit. Namun, mereka memberikan pengecualian terhadap darah syuhada. Menurut jumhur, darah syahid adalah suci selama masih melekat pada jasadnya. Berdasarkan hadits Nabi ﷺ untuk sahabat yang syahid di medan Uhud:

عن عبد الله بن ثعلبة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لقتلى أُحُد: "‌زَمِّلوهم ‌بدمائهم، ‌فإنَّه ‌ليس ‌كَلْمٌ يُكْلَمُ في الله إلَّا يأتي يوم القيامة يدمى، لونه لون الدَّم، وريحه ريحُ المِسْك"

Dari Abdullah bin Tsa'labah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tutupi mereka dengan darah mereka. Sesungguhnya tidak ada luka karena Allah kecuali pada Hari Kiamat luka tersebut akan datang mengalirkan darah; warnanya sewarna darah, dan baunya seperti bau kasturi.”
(HR. An-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i, Juz 4, No. 2002, h. 123)

2. Sebagian Ulama: Darah Manusia Suci (Kecuali Haid, Nifas, dan Istihadhah)

Sebagian ulama fikih lainnya berpendapat bahwa darah manusia adalah suci, kecuali darah haid, nifas, dan istihadhah. Berikut dalil-dalil pendapat ini:

a. Kaidah Asal Segala Sesuatu Itu Suci

Asalnya segala sesuatu adalah suci hingga ada dalil yang menyatakan najis. Tidak ditemukan riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi ﷺ memerintahkan mencuci darah (manusia), kecuali darah haid. Padahal luka, mimisan, bekam, dan sebagainya adalah hal yang lumrah terjadi. Jika darah manusia najis, tentu Nabi akan menjelaskan dengan tegas, karena ini menyangkut kebutuhan banyak orang.

b. Praktik Sahabat dalam Shalat Saat Terluka

Kaum muslimin dari zaman Nabi ﷺ hingga sekarang shalat dalam keadaan luka, sebagaimana disebutkan oleh Hasan al-Bashri rahimahullah:

وَقَالَ الْحَسَنُ: مَا زَالَ الْمُسْلِمُونَ يُصَلُّونَ فِي جِرَاحَاتِهِمْ

Hasan al-Bashri berkata: “Kaum muslimin (yakni para sahabat) tetap mengerjakan shalat dalam keadaan luka.”
(Shahih Bukhari, Juz 1, h. 76)

c. Riwayat Ibnu Umar

وَعَصَرَ ابْنُ عُمَرَ بَثْرَةً، فَخَرَجَ مِنْهَا الدَّمُ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ

Abdullah bin Umar pernah memencet bisul yang ada padanya, lalu keluar darah dan beliau tidak berwudhu.
(Shahih Bukhari, Juz 1, h. 76)

d. Kisah Sahabat yang Shalat dalam Keadaan Dipanah

Diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud bahwa salah seorang sahabat melaksanakan shalat malam, kemudian dipanah oleh musyrikin sebanyak tiga kali. Namun, beliau tetap rukuk dan sujud serta menyelesaikan shalat dalam keadaan bersimbah darah.

Sekiranya darah manusia najis, tentu sahabat tersebut akan membatalkan shalatnya. Tapi karena pemahaman beliau bahwa darah manusia tidak najis, maka shalat tetap dilanjutkan.

e. Tubuh Manusia adalah Suci

Jika salah satu bagian tubuh manusia terpotong (seperti tangan), maka potongan itu tetap suci meskipun mengeluarkan banyak darah. Maka, darah yang keluar pun ikut dalam hukum tersebut—yaitu suci.


Kesimpulan

Masalah ini merupakan salah satu perbedaan pendapat yang kuat di kalangan ulama. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah bahwa darah manusia tidak najis, kecuali yang keluar dari dua jalan (kemaluan dan dubur) seperti darah haid, nifas, dan istihadhah.

Pendapat ini lebih condong kepada pandangan Syaikh Ibnu Utsaimin, sebagaimana dijelaskan:

ولهذا كان القول الراجح أن دم الإنسان الذي لا يخرج من القبل أو الدبر طاهر، لا يجب غسله ولا التنزه منه إلا على سبيل النظافة

Oleh karena itu, pendapat yang lebih kuat adalah bahwa darah manusia yang tidak keluar dari qubul dan dubur adalah suci. Tidak wajib dicuci atau dihindari, kecuali dalam rangka menjaga kebersihan.
(Syarh Kitab al-Hajj, dalam Syarh Shahih Bukhari)

ودم الإنسان طاهر؛ لأن ميتته طاهرة، إلا ما خرج من السبيلين -القبل أو الدبر- فإن الحديث دل على أنه نجس؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم في المرأة يصيبها دم الحيض قال: (اغسلي عنك الدم)

Darah manusia itu suci karena bangkainya suci, kecuali yang keluar dari dua jalan—qubul dan dubur—sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi ﷺ kepada wanita yang terkena darah haid: “Cucilah darimu darah itu.”
(Pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin tentang darah manusia - Islamweb.net)


Namun, kita tetap menghormati pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa darah manusia najis, serta dianjurkan bagi setiap muslim untuk menjaga kebersihan dan penampilan terbaik ketika hendak beribadah. Wallāhu a‘lam.

✍️ Ditulis oleh:
Ustaz Fadli Aiman, S.H., M.H.
Ketua Yayasan Pendidikan Al-Islami (YPAIS) Wahdah Islamiyah Sinjai
Da’i Kementerian Agama Kabupaten Sinjai
Pengurus DPP Wahdah Islamiyah Indonesia (LPYP DPP)

Hikmah | 04 Jul | Selengkapnya ...

Ketika Dakwah Tak Dihargai: Meneladani Kesabaran Nabi Nuh dan Nabi Musa

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Dakwah adalah kerja cinta. Namun seringkali cinta ini bertepuk sebelah tangan. Seruan kebaikan dibalas dengan cemooh, ajakan menuju Allah dijawab dengan penolakan. Tidak sedikit para penggerak dakwah merasa lelah, putus asa, bahkan tergoda untuk berhenti.

Namun, dalam kondisi seperti ini, mari sejenak menundukkan hati dan menengok sejarah agung para Nabi. Di sana kita temukan dua sosok luar biasa: Nabi Nuh 'alaihis salam dan Nabi Musa 'alaihis salam. Mereka bukan hanya berdakwah, tapi juga menapaki jalan panjang penuh rintangan yang lebih berat dari apa pun yang mungkin kita alami hari ini.

Nabi Nuh: Seribu Tahun Mengetuk Pintu Hati

Perjalanan Dakwah Nabi Nuh sangat mencengangkan. Bukan 9 bulan, bukan 50 tahun, ataupun 100 tahun. Nabi yang mulia ini menyampaikan risalah dari Allah hampir 1000 tahun lamanya-tepatnya 950 tahun. Sebagaimana firman Allah:

"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal di antara mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun..." (QS. Al-‘Ankabut: 14)

Siang dan malam beliau menyeru umatnya untuk beriman, namun yang menjawab hanya segelintir. Bahkan anak dan istrinya sendiri tak mau mengikut.

"Dan tidaklah beriman bersama Nuh kecuali sedikit." (QS. Hud: 40)

Para ulama memang berselisih pendapat mengenai jumlah orang yang beriman kepada Nabi Nuh. Ibnu Katsir sendiri dalam tafsirnya menyatakan bahwa pendapat ulama terbagi kedalam 2 yaitu ada yang mengatakan 80 orang dan ada yang mengatakan hanya 10 orang bahkan kurang. Intinya selama 950 tahun Nabi Nuh berdakwah, pengikutnya tidak mencapai 100 orang .

Bayangkan rasa sedih yang dialaminya. Tapi Nabi Nuh tak menyerah. Ia tidak dakwah karena ingin hasil, tapi karena taat kepada Allah. Ia yakin, tugasnya hanya menyampaikan, bukan memberi hidayah.

Baca Juga:

Apakah Darah Hukumnya Najis? Ini Penjelasan Lengkapnya


Nabi Musa: Tegar Melawan Tirani

Nabi Musa menghadapi penguasa paling zalim sepanjang sejarah: Firaun. Dengan kekuatan militer, kekuasaan, dan propaganda. Firaun bukan lawan yang ringan tapi Musa tidak gentar. Dengan gagah berani Musa menyatakan kebenaran dihadapan raja durjana meskipun nyawa menjadi taruhannya. Hanya Allah yang menjadi tumpuan harapannya.

"Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang sombong yang tidak beriman kepada hari perhitungan."
(QS. Ghafir: 27)

Dan Allah membalas keteguhan itu:

"Janganlah kamu takut, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua (Musa dan Harun), Aku mendengar dan melihat."
(QS. Thaha: 46)

Musa mengajarkan bahwa berdakwah di hadapan kekuasaan bukan mustahil, selama kita yakin Allah bersama kita.

Dakwah Bukan Soal Viral, Tapi Nilai

Kita hidup di zaman yang serba instan. Kita ingin dakwah yang langsung viral, kajian yang langsung penuh, konten yang langsung banjir follower. Tapi dakwah tidak selamanya berjalan dengan cara itu. Terkadang pejuang dakwah telah “jungkir balik” untuk mengajak manusia untuk taat kepada Allah namun tidak sedikit orang yang acuh terhadap ajakan tersebut.

Tapi ingatlah meskipun satu orang yang mengikuti ajakan maka pahala besar telah disiapkan oleh Allah.

"Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun."
(HR. Muslim)

Satu orang yang berubah karena dakwahmu bisa menjadi jalan hidayah bagi ribuan lainnya. Dan engkau tetap mendapat bagian dari pahala itu.

Tetaplah Menyala, Meski Tak Dipuja

Dakwah itu seperti menyalakan lampu kecil di tengah kegelapan. Kadang cahaya kita diabaikan. Tapi ingatlah, yang mencatat bukan manusia, tapi Allah. Tetaplah menyala meskipun hanya sebuah lampu kecil ditengah gelap gulita hutan belantara. Tetaplah menyeru meskipun kemegahan dunia terkadang menutupi cahaya itu.

Dakwah adalah perjuangan panjang. Kadang tak terlihat, tapi selalu bernilai. Jika engkau tak dihargai oleh manusia, maka bergembiralah—karena itu tanda dakwahmu murni karena Allah.

Dakwah Adalah Bukti Cinta

Mengajak orang lain kepada Allah adalah bentuk cinta paling tulus. Cinta kepada Allah, dan cinta kepada umat. Maka teruslah berdakwah, wahai jiwa-jiwa pilihan!

"Dan barang siapa yang berjihad di jalan Kami, niscaya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-‘Ankabut: 69)

Jangan berhenti. Jangan lelah. Teruslah menyampaikan kebaikan—meski hanya satu kalimat, satu nasihat, satu doa. Karena dakwahmu adalah cahaya.

Dan umat sedang menunggu cahaya itu.

Oleh: Muh Ilham Anugrah Bayu

Hikmah | 01 Jul | Selengkapnya ...

Apakah Darah Hukumnya Najis? Ini Penjelasan Lengkapnya

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Darah yang mengalir adalah najis menurut kesepakatan para ulama. Hal ini ditunjukkan oleh dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

قُلْ لَّآ أَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَّطْعَمُهٗٓ اِلَّآ اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مَّسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهٗ رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ

"Katakanlah, 'Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging) hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena ia najis, atau yang disembelih secara fasik (dengan menyebut nama selain Allah).'"
(QS. Al-An’am: 145)

Ayat ini menunjukkan bahwa darah yang mengalir adalah najis, dan hal ini merupakan ijma' (kesepakatan) para ulama.

Dalam Tafsir al-Baghawi, Abdullah bin Abbas berkata:

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يُرِيدُ مَا خَرَجَ مِنَ الْحَيَوَانِ، وَهُنَّ أحياء وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَوْدَاجِ عِنْدَ الذَّبْحِ

(Berkata Ibnu Abbas: yang dimaksud adalah darah yang keluar dari hewan dalam kondisi hidup dan yang keluar dari pembuluh darah saat disembelih).
(Tafsir al-Baghawi, Juz 2, hlm. 166)

Dalil lain adalah hadits dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu:

جَاءَتْ امرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : إِحْدَانَا يُصِيبُ ثَوْبَهَا مِنْ دَمِ الْحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ بِهِ ؟ قَالَ : تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ ثُمَّ تَنْضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ

(Seorang wanita datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: "Salah satu dari kami pakaiannya terkena darah haid, apa yang harus dilakukan?" Beliau menjawab: "Keriklah darah itu, lalu gosok dengan air, lalu bilas. Setelah itu, shalatlah dengan pakaian itu.")
(HR. Bukhari no. 227 dan Muslim no. 291)


Pembagian Darah Menurut Hukumnya

A. Darah yang Najis

1. Najis yang Tidak Dimaafkan Sama Sekali

  • Darah yang keluar dari dua lubang (kemaluan dan dubur).

  • Darah bangkai dari hewan yang tidak halal dimakan.

2. Najis yang Dimaafkan Jika Sedikit

  • Darah manusia (menurut sebagian ulama).

  • Darah dari bangkai hewan yang halal dimakan.

  • Sisa darah dalam tubuh hewan setelah disembelih syar’i.


Ukuran Najis yang Dimaafkan (Perbedaan Pendapat Ulama):

a. Sebesar Dirham
Dalam al-Inayah Syarh al-Hidayah, Akmaluddin al-Babarti berkata:

‌وَقَدْرُ ‌الدِّرْهَمِ ‌وَمَا ‌دُونَهُ ‌مِنَ ‌النَّجَسِ ‌الْمُغَلَّظِ كَالدَّمِ وَالْبَوْلِ وَالْخَمْرِ وَخَرْءِ الدَّجَاجِ وَبَوْلِ الْحِمَارِ جَازَتِ الصَّلَاةُ مَعَهُ، وَإِنْ زَادَ لَمْ تَجُزْ

(Najis berat seperti darah, kencing, khamar, kotoran ayam, dan kencing keledai, jika ukurannya sebesar dirham atau kurang maka shalat tetap sah. Namun jika lebih, maka tidak sah.)
(al-Inayah, Juz 1, hlm. 202)

b. Tidak Terlihat oleh Pandangan Mata
Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan:

وَكَذَا فِي قَوْلٍ: نَجَسٌ لَا يُدْرِكُهُ الطَّرْفُ، قُلْتُ: ذَا الْقَوْلُ أَظْهَرُ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ

(Najis yang tidak terlihat oleh mata dimaafkan. Pendapat ini lebih kuat. Wallahu a’lam)
(al-Minhaj, Juz 1, hlm. 59–60)

c. Tidak Dimaafkan Sekecil Apapun
Dalam Kasyaf al-Qina’, al-Buhuti mengatakan:

وَلَا يُعْفَى عَنْ يَسِيرِ نَجَاسَةٍ وَلَوْ لَمْ يُدْرِكْهَا الطَّرْفُ، أَيْ الْبَصَرُ، كَالَّذِي يَعْلَقُ بِأَرْجُلِ الذُّبَابِ وَنَحْوِهِ، لِعُمُومِ قَوْلِهِ تَعَالَى: (وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ)

(Tidak dimaafkan sedikit pun najis, walaupun tidak terlihat oleh mata seperti najis yang menempel di kaki lalat, karena keumuman firman Allah: "Dan pakaianmu sucikanlah."
(QS. Al-Muddatsir: 4)


B. Darah yang Suci

1. Darah Ikan

Darah ikan suci karena bangkai ikan halal. Rasulullah ﷺ bersabda:

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ"

(Beliau bersabda: "Air laut itu suci, dan bangkai hewannya halal.")
(HR. Abu Daud, Juz 1, no. 83)

2. Darah Hewan yang Tidak Mengalir

Misalnya darah lalat, nyamuk, kutu. Dalilnya hadits:

إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ، فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ، ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ شِفَاءً، وَفِي الْآخَرِ دَاءً

(Jika lalat jatuh ke dalam minuman salah satu dari kalian, maka celupkanlah seluruh tubuhnya, lalu buang, karena salah satu sayapnya terdapat obat dan yang lain penyakit.)
(HR. Bukhari no. 5782)

3. Darah yang Menggumpal (Hati, Limpa, dll.)

Organ seperti hati dan limpa tidak najis karena darahnya tidak mengalir.

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يُرِيدُ مَا خَرَجَ مِنَ الْحَيَوَانِ، وَهُنَّ أَحْيَاء، وَمَا يَخْرُجُ مِنَ الْأَوْدَاجِ عِنْدَ الذَّبْحِ، وَلَا يَدْخُلُ فِيهِ الْكَبِدُ وَالطِّحَالُ، لِأَنَّهُمَا جَامِدَانِ، وَقَدْ جَاءَ الشَّرْعُ بِإِبَاحَتِهِمَا، وَلَا مَا اخْتَلَطَ بِاللَّحْمِ مِنَ الدَّمِ، لِأَنَّهُ غَيْرُ سَائِلٍ

(Yang dimaksud darah yang najis adalah yang keluar dari hewan hidup dan dari pembuluh saat disembelih. Tidak termasuk hati dan limpa karena keduanya padat, dan telah dihalalkan oleh syariat. Darah yang bercampur dengan daging juga tidak termasuk najis karena tidak mengalir.)
(Tafsir al-Baghawi, Juz 2, hlm. 166)


Kesimpulan

  • Darah yang mengalir adalah najis, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah serta ijma’ ulama.

  • Namun tidak semua darah najis. Darah ikan, serangga kecil, dan organ padat seperti hati dan limpa tidak dianggap najis.

  • Dalam hal najis yang sedikit, terdapat khilaf di kalangan ulama, antara yang memaafkan jika kecil dan yang tidak memaafkan sama sekali namun pendapat Al Imam An Nawawi bahwa darah dimaafkan selama tidak terlihat oleh pandangan mata lebih di kuatkan.

Wallahu a’lam.


✍️ Ditulis oleh:
Ustaz Fadli Aiman, S.H., M.H.
Ketua Yayasan Pendidikan Al-Islami (YPAIS) Wahdah Islamiyah Sinjai
Da’i Kementerian Agama Kabupaten Sinjai (PAI)

Hikmah | 17 Jun | Selengkapnya ...

Amalan Remeh, Pahala Agung

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Pernahkah Anda mendengar kisah seorang muslimah yang melakukan amalan sederhana—begitu sederhana hingga nyaris tak dipandang oleh kebanyakan orang—namun justru mendapat kemuliaan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam?

Diceritakan dalam sebuah hadits, ada seorang wanita tua berkulit hitam yang setiap hari mengabdikan dirinya untuk membersihkan masjid, tempat kaum muslimin beribadah. Amalan yang mungkin tampak kecil, sepele, dan tak berarti di mata manusia. Bukan puasa, bukan shalat berjamaah, bukan pula jihad di medan laga. Namun, bagi wanita ini, membersihkan rumah Allah adalah bentuk pengabdian tanpa pamrih.

Ia tidak pernah mempermasalahkan apakah yang ia lakukan akan diingat atau diapresiasi. Ia terus melakukannya dengan sepenuh hati, tanpa diminta, tanpa disuruh, dan tanpa mengharap pujian. Mungkin kita bertanya: "Apa pentingnya pekerjaan ini dalam membangun kejayaan Islam?" Tapi justru di sanalah letak keistimewaannya.

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, disebutkan bahwa wanita ini, yang oleh sebagian ulama disebut sebagai Ummu Mahjan, tiba-tiba tak terlihat lagi di masjid. Rasulullah pun menyadari ketidakhadirannya dan bertanya kepada para sahabat, "Kemana wanita yang biasa membersihkan masjid itu?"

Para sahabat menjawab bahwa ia telah meninggal dunia pada malam sebelumnya. Mereka tidak sempat memberitahu Rasulullah karena beliau tengah beristirahat dan mereka menganggap tak layak mengganggunya hanya untuk memberitahukan wafatnya seorang wanita yang tak dikenal. Namun reaksi Rasulullah sangat mengejutkan—beliau tampak kecewa dan segera menanyakan letak kuburannya.

Tanpa menunda, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pun pergi ke sana dan menshalatkan jenazahnya. Sungguh sebuah penghormatan luar biasa dari Rasulullah untuk seorang wanita sederhana yang hanya melakukan tugas kecil—membersihkan masjid. Tidak semua sahabat mendapatkan perlakuan istimewa seperti ini. Bukankah ini menjadi bukti betapa mulianya amalan yang tampak sepele di mata manusia, namun agung di sisi Allah dan Rasul-Nya?

Pelajaran Berharga

Saudaraku yang dirahmati Allah, dari kisah ini kita bisa mengambil dua pelajaran penting.

Pertama, tidak ada kata terlambat untuk beramal sholeh. Usia bukanlah penghalang untuk berkontribusi di jalan Allah. Lihatlah wanita tua itu—meski raganya telah renta, ia tetap semangat membersihkan rumah Allah sebagai bentuk cinta dan pengabdian.

Kedua, jangan pernah meremehkan amal kecil. Mungkin kita bukan penceramah yang mampu menggugah ribuan hati. Mungkin kita bukan Hafizh Qur’an yang bacaan indahnya menggetarkan jiwa. Mungkin kita bukan guru agama yang mengajarkan Al-Qur’an dan hadits.

Namun bisa jadi kita adalah orang yang dengan setia mengangkat meja pengajian, menempel poster dakwah, atau sekadar menjadi tukang parkir dalam majelis ilmu. Ingatlah, Allah tidak menilai besar kecilnya amal dari bentuknya semata, tetapi dari niat dan keikhlasan yang mengiringinya.

Jangan minder, jangan lelah. Teruslah berkontribusi. Meski kecil, meski tak terlihat, bisa jadi itulah amalan yang akan memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat nanti.

Penulis: Muh Ilham Anugrah Bayu

Hikmah | 16 Jun | Selengkapnya ...

Kepala SMAS IT Wahdah Ajak Terapkan Tarbiyah Islamiyah untuk Pendidikan Karakter di SMA Sinjai

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya perubahan sosial, remaja di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Mereka tidak hanya dituntut meraih prestasi akademis, tetapi juga harus dibekali dengan karakter kuat agar mampu menjalani kehidupan dengan bijak dan bertanggung jawab.

Menjawab kebutuhan ini, program Tarbiyah Islamiyah hadir sebagai solusi konkret dalam membangun pendidikan karakter yang kokoh dan terarah. Tarbiyah bukan sekadar kegiatan tambahan, tetapi merupakan proses pembinaan berkelanjutan yang menyentuh aspek spiritual, emosional, sosial, dan intelektual peserta didik.

Hal inilah yang ditegaskan oleh A. Irfandi, Kepala SMAS IT Wahdah Islamiyah Sinjai salah satu sekolah Islam terpadu yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Wahdah Islamiyah Sinjai. Dikenal sebagai kepala sekolah termuda, pria yang akrab disapa Bang AIB ini membawa semangat baru dalam menghidupkan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam.

“Program Tarbiyah Islamiyah harus menjadi arus utama dalam pendidikan remaja kita, bukan hanya pelengkap. Melalui Tarbiyah, peserta didik bisa tumbuh dengan akhlak mulia, semangat belajar yang tinggi, serta kesadaran akan tanggung jawab sosial dan spiritual,” ujarnya.

Dengan visi “Membentuk generasi Qur’ani yang religius dan unggul,” SMAS IT Wahdah Islamiyah Sinjai menempatkan Tarbiyah sebagai pondasi utama dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai Al-Qur’an tidak hanya diajarkan, tetapi dijadikan prinsip hidup yang membentuk karakter siswa sejak dini.

Inisiatif ini juga selaras dengan semangat Kabupaten Sinjai sebagai “Bumi Panrita Kitta”, daerah yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kearifan. Program Tarbiyah Islamiyah yang diterapkan di SMAS IT diharapkan menjadi model pendidikan karakter Islami yang bisa diadopsi lebih luas, terutama dalam konteks lokal Sinjai.

Lebih lanjut, Bang AIB mengajak berbagai pihak untuk bersama-sama mendukung gerakan pendidikan karakter berbasis Tarbiyah:

“Kami sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah dalam membangun ekosistem pendidikan karakter yang kuat. Generasi Qur’ani adalah kebutuhan zaman, dan kita harus mencetaknya bersama.”

Dengan semangat kolaboratif dan visi keislaman yang kuat, SMAS IT Wahdah Islamiyah Sinjai siap menjadi bagian dari solusi pendidikan karakter bagi remaja di Sinjai dan sekitarnya.

Hikmah | 16 Jun | Selengkapnya ...

Langkah Hijrah Sang Pemuda: Tetap Istiqamah Meski Sendiri

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Pada suatu momen dalam perjalanan hijrahnya, segalanya bermula saat ia menduduki bangku putih abu-abu, tepat di usia 15 tahun. Seorang pemuda keturunan Bugis itu memberanikan diri mengambil langkah besar untuk menjadi hamba yang lebih terarah, menjadikan hijrahnya sebagai wasilah awal dalam memperbaiki diri dan hidupnya.

Terbayang wajah lugunya yang polos. Ia tak tahu ke mana akan berlabuh. Di masa itu, ia pertama kali merasakan hidayah menyentuh hatinya. Namun saat niat sudah mantap untuk berubah, justru ujian demi ujian datang silih berganti.

Dalam usaha menapaki jalan kebaikan, ia tak jarang menemui rintangan yang tiada henti. Kata-kata yang menjatuhkan mental sering terdengar, bahkan dari orang-orang terdekat, termasuk keluarganya sendiri. Di tengah perjalanan hijrahnya, hanya sedikit yang mendukung. Akan tetapi, tekad yang kuat membuatnya tidak menyerah, meskipun harus menghadapi hujatan dan cibiran. Ia memilih untuk terus melangkah dalam jalan kebaikan. Ia sadar, menjadi seorang mukmin berarti menjadi pemuda yang mencintai ilmu syar’i. Ia paham, ini adalah salah satu jalan menuju Surga.

Sungguh, perjuangan itu tak jarang bersanding dengan air mata. Namun ia tetap bertahan di tengah keterasingan, berbekal mujahadah dan doa yang tak pernah putus. Keyakinannya kepada Allah menjadikannya kuat melangkah di atas duri-duri perjuangan. Ya, memang benar bahwa perjuangan itu pahit, tetapi akan berakhir dengan cerita indah di masa depan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah, dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah, maka janganlah engkau berkata: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Namun, katakanlah: ‘Ini adalah takdir Allah. Apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan 'seandainya' akan membuka pintu syaitan." (HR. Muslim)

Tibalah masa putih abu-abu itu berakhir. Last ceremony telah dilaksanakan. Pelukan hangat dari para guru menyisakan kenangan mendalam bagi sang pemuda. Kesedihan menyelimuti hatinya saat mengenang tiga tahun di jurusan MIPA dan kiprahnya sebagai anggota Rohis. Namun ia sadar, setiap masa pasti ada akhirnya, dan masa putih abu-abu adalah salah satu masa yang takkan kembali.

Waktu terus bergulir. Semua kesedihan kini menjadi kenangan termanis. Kini, sang pemuda telah duduk di bangku perkuliahan. Semangatnya masih menyala, meneruskan perjuangan menata diri. Namun dunia kampus menyuguhkan realita yang berbeda. Ia dihadapkan pada lingkungan dan pemahaman yang kerap kali bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah.

Dulu, ia mengimpikan kampus yang tidak ada ikhtilat di dalamnya. Tapi takdir berkata lain. Meski air mata telah jatuh hingga kering, ia tetap yakin bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik. Mungkin inilah cara Allah menguji hamba-Nya, sejauh mana ia mampu bertahan dalam jalan perjuangan.

Kegelisahan Zaman

Masalah besar hari ini adalah banyak pemuda yang berhijrah di masa putih abu-abu, tetapi semangatnya memudar ketika memasuki dunia kampus. Seolah perjuangan dakwah yang dulu diperjuangkan dengan sepenuh hati, kini hanya menjadi cerita masa lalu. Banyak yang meninggalkan amanah demi urusan dunia, dan tidak sedikit pula yang meninggalkan tarbiyah karena fokus kuliah. Lalu ke mana semangat yang dulu?

Pesan untuk Adik-adik Rohis

Untuk adik-adik Rohis, jangan berhenti berjuang hanya karena kalian tak lagi menjadi anggota Rohis. Jangan jadikan kuliah sebagai alasan untuk berhenti berdakwah. Lanjutkan langkah dan perjuanganmu, baik saat berada di lingkungan yang mendukung ketakwaan, maupun yang sebaliknya. Tetaplah melanjutkan perjuangan ini.

Jadilah pemuda akhir zaman yang mencintai dakwah. Dan ingat, cinta sejati butuh pengorbanan. Jadilah pemuda yang rela berkorban demi agama ini. Jadilah pemuda yang dirindukan oleh Surga. Bersama Allah, semua akan mampu dilewati dengan pertolongan-Nya.

Tanyakan pada diri, sudah seberapa besar cintamu kepada Allah? Sudah seberapa banyak perjuanganmu untuk agama ini? Ingatlah kisah Sultan Muhammad Al-Fatih, pemuda yang berhasil menaklukkan Konstantinopel di usia muda. Dan kamu? Untuk apa engkau gunakan masa mudamu?

Jika engkau telah mendapat hidayah, jagalah baik-baik. Jika engkau diberikan amanah dalam kepengurusan dakwah, baik di sekolah maupun kampus, maka engkau adalah hamba pilihan-Nya. Engkau adalah pemilik pundak yang dipilih untuk memikul amanah itu. Karena engkau dipilih, maka berjuanglah dengan ikhlas. Karena engkau pejuang, mintalah kemudahan kepada Allah.

"Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya." (HR. Muslim)

Tetap Kokoh di Tengah Ujian

Meski dunia kampus menggoda, apalagi di kampus umum yang bercampur antara laki-laki dan perempuan, tetaplah teguh berjalan di atas kebenaran. Bersabarlah dalam menghadapi pergaulan bebas dan budaya populer yang tak sejalan dengan syariat Allah. Jangan menjadi pemuda yang ikut-ikutan tren tanpa memahami syariat. Allah bersama orang-orang yang sabar. Bukankah pahala sabar sangatlah indah?

Jangan biarkan dirimu terjerumus dalam hal-hal yang dibenci agama. Jadilah pemuda yang kuat, dambaan umat dan bangsa.

Sebuah pesan singkat dari sang pemuda untuk teman-teman semua: tetaplah berjuang dengan sepenuh hati, agar mampu menundukkan hawa nafsu dan menepis gemerlap dunia yang menyesatkan. Duri-duri perjuangan yang telah kalian lalui akan menjadi kisah yang sangat berarti kelak.

Prinsip Seorang Pejuang:

Bila ada seribu pejuang, maka salah satunya adalah saya.
Bila ada seratus pejuang, maka salah satunya adalah saya.
Bila ada sepuluh pejuang, maka salah satunya adalah saya.
Dan bila hanya ada satu orang pejuang, maka itulah saya.

Perbanyaklah berdoa, karena doa adalah senjata paling ampuh. Allah berfirman dalam QS. Al-Mukmin ayat 60:

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”

Perbanyak juga sujud panjangmu, bersimpuhlah di hadapan Sang Pemilik Kekuatan, dan perbanyaklah amalan-amalan sunnah lainnya. Semoga kita semua diwafatkan dalam keadaan istiqamah di jalan dakwah ini. Aamiin...

Semoga tulisan ini menjadi pengingat dan penguat langkah bagi setiap jiwa yang tengah berjuang dalam jalan Allah.

Oleh: Nuril Fahmi, S.Pd.
Penulis buku “Panjang Tempuhannya”

Hikmah | 08 Jun | Selengkapnya ...

Petir dalam Pandangan Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Saat ini kita berada di awal Juni 2025. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan berintensitas sedang hingga tinggi akan mengguyur Kabupaten Sinjai. Jika demikian, maka potensi kemunculan petir juga akan meningkat. Apalagi, kondisi atmosfer saat ini lebih mendukung terbentuknya awan hujan Cumulonimbus yang dapat memicu badai petir. Namun, variasi cuaca lokal bisa terjadi tergantung pada pengaruh monsun, siklon tropis, dan fenomena seperti La Niña atau El Niño.

Terkait cuaca ekstrem berupa badai petir ini, Allah Azza wa Jalla secara jelas telah menyebutkan karakteristik petir dalam ayat-ayat-Nya yang suci:

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

"Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 19)

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 20)

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ

"Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya. Dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 13)

Dari tiga ayat ini, dapat diuraikan bahwa karakteristik petir/kilat dalam Al-Qur’an adalah:

  1. Kekuatan dan Kecepatan
    Petir digambarkan sebagai fenomena yang sangat cepat, kuat, dan memukau. Ini menjadi pengingat akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.

  2. Tasbih Alam
    Guruh dan petir digambarkan sebagai makhluk yang tunduk kepada Allah, bertasbih dengan caranya masing-masing.

  3. Peringatan Spiritual
    Petir digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan kehancuran atau ketakutan akibat perbuatan manusia yang melanggar aturan Allah.

Konteks ini mengajarkan manusia untuk merenungi fenomena alam sebagai tanda kebesaran Allah, mengambil pelajaran, dan meningkatkan ketakwaan. Dari ketiga ayat ini pula, kita diajarkan bahwa begitu banyak ilmu pengetahuan yang masih terpendam dan belum seluruhnya diteliti oleh kaum muslimin.

Selanjutnya, kita akan membahas proses terjadinya petir, potensi bahayanya, cara mitigasi risiko, dan apakah mungkin energi petir dimanfaatkan sebagai sumber listrik (insya Allah akan dibahas satu per satu).


A. Proses Terjadinya Petir

Petir terjadi akibat pelepasan muatan listrik di atmosfer saat kondisi tertentu. Berikut adalah proses terjadinya secara berurutan:

  1. Pembentukan Awan Cumulonimbus
    Petir sering terjadi pada awan cumulonimbus, yaitu awan besar yang tumbuh vertikal hingga ketinggian sangat tinggi. Awan ini terbentuk akibat pemanasan permukaan bumi, yang menyebabkan udara lembap naik ke atmosfer, mendingin, dan membentuk tetesan air atau kristal es.

  2. Pembentukan Muatan Listrik
    Di dalam awan cumulonimbus terdapat arus udara naik dan turun (updraft dan downdraft) dengan intensitas tinggi. Tabrakan antar tetesan air, kristal es, dan partikel-partikel lainnya menyebabkan pemisahan muatan listrik, di mana muatan negatif terkonsentrasi di bagian bawah awan, dan muatan positif terkumpul di bagian atas. Permukaan bumi, yang berada di bawah awan, menjadi bermuatan positif akibat induksi listrik. 

  3. Peningkatan Tegangan Listrik
    Perbedaan potensial antara muatan negatif di awan dan muatan positif di bumi atau antar bagian awan menjadi sangat besar (dapat mencapai jutaan volt). Ketika tegangan ini cukup kuat untuk mengatasi hambatan udara, terjadilah pelepasan muatan listrik (discharge).

  4. Pelepasan Muatan (Terjadinya Petir)
    Petir terjadi melalui beberapa tahap:

    • LeaderSaluran ionisasi bermuatan negatif bergerak dari awan menuju bumi, menciptakan jalur berkelok.

    • Return Stroke: Saat leader mendekati permukaan tanah, muatan positif dari bumi mengalir ke atas melalui jalur tersebut. Pelepasan energi ini menimbulkan kilatan cahaya yang kita kenal sebagai petir.

  5. Proses ini terjadi sangat cepat, sering kali kurang dari 1 detik.

  6. Efek Suara (Guruh)
    Udara di sekitar saluran petir memanas mendadak hingga sekitar 30.000°C (lima kali lebih panas dari permukaan matahari), menyebabkan ekspansi udara secara eksplosif dan menghasilkan gelombang suara yang kita dengar sebagai guruh.

Perlu diketahui, petir tidak hanya terjadi antara awan dan tanah, tetapi juga antar awan atau bahkan di dalam satu awan. Fenomena ini sangat umum di daerah tropis seperti Indonesia.


B. Potensi Bahaya Petir

Petir adalah fenomena alam yang bisa menimbulkan berbagai risiko, baik terhadap manusia, lingkungan, maupun infrastruktur. Berikut potensi bahayanya dan langkah mitigasinya:

1. Bahaya terhadap Manusia:

  • Kejutan listrik: Sambaran langsung dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan organ, hingga kematian.

  • Gelombang kejut: Suara petir yang keras bisa memicu trauma akustik atau gangguan pendengaran.

  • Efek tidak langsung: Arus listrik dari sambaran petir di dekat seseorang bisa mengalir melalui tanah atau benda logam.

2. Bahaya terhadap Bangunan dan Infrastruktur:

  • Kerusakan fisik: Sambaran petir dapat merusak bangunan, antena, dan pohon.

  • Gangguan listrik: Arus tinggi dapat menyebabkan lonjakan tegangan yang merusak alat elektronik.

  • Kebakaran: Petir dapat memicu kebakaran, terutama jika mengenai material mudah terbakar.

3. Bahaya terhadap Transportasi:

  • Penerbangan: Pesawat dapat terkena petir, meski umumnya sudah dilengkapi pelindung.

  • Transportasi darat: Petir yang menyambar rel atau jalan bisa mengganggu operasional.

4. Kerusakan Ekosistem:

  • Kebakaran hutan: Sambaran di daerah kering dapat menimbulkan kebakaran.

  • Gangguan pada hewan: Suara dan energi dari petir bisa membuat satwa liar stres.


Mitigasi Risiko Petir

1. Langkah Perlindungan Personal:

  • Hindari area terbuka saat terjadi petir.

  • Hindari penggunaan benda logam seperti payung logam.

  • Cari perlindungan di bangunan tertutup atau kendaraan tertutup.

  • Jauhi pohon tinggi atau tiang listrik.

2. Proteksi pada Bangunan:

  • Pasang sistem penangkal petir untuk mengarahkan arus ke tanah.

  • Pastikan sistem grounding bangunan sesuai standar.

  • Gunakan surge protector untuk melindungi peralatan elektronik.

3. Mitigasi pada Infrastruktur Publik:

  • Rutin memeriksa saluran listrik agar tidak terjadi lonjakan atau percikan.

  • Gunakan sistem deteksi petir untuk memberikan peringatan dini.

4. Edukasi dan Kesiapsiagaan:

  • Lakukan edukasi publik tentang bahaya petir dan langkah perlindungan.

  • Ikuti informasi cuaca dari BMKG, terutama di musim penghujan.


Penutup

Petir bukan hanya fenomena fisik yang menggetarkan bumi dan langit, melainkan juga tanda kekuasaan Allah yang sepatutnya direnungi. Dalam setiap kilat dan guruh, ada pelajaran tentang kelemahan manusia dan kebesaran Tuhan. Selain menjaga diri secara fisik melalui mitigasi risiko, mari kita jadikan petir sebagai pengingat untuk memperkuat iman dan takwa.

وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah: 20)

Semoga tulisan ini menambah ilmu, memperkuat keimanan, dan meningkatkan kesiapsiagaan kita terhadap fenomena alam yang tak hanya indah untuk dikaji, tetapi juga penuh hikmah untuk direnungi.


Oleh:
Ir. Rudi Heriyana, S.T., M.Pd.
Wakil Ketua Bidang II DPD Wahdah Islamiyah Sinjai

Hikmah | 03 Jun | Selengkapnya ...

Keyakinan Yang Menembus Langit

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan kisah menakjubkan dari seorang hamba yang dengan Kuasa Allah mampu membuat pesawat berbalik arah ke bandara asal sebanyak 2 kali untuk menjemput sosok manusia mulia ini.

Adalah Amer, seorang muslim bersahaja yang berasal dari sebuah Negara di Afrika yang dikenal identik dengan kulit hitamnya bernama Libya. 

Kisahnya bermula pada  proses pemberangkatan rombongan haji asal Libya yang didalamnya terdapat nama Amer yang awalnya bisa jadi tidak banyak orang mengenalinya apalagi di dunia Internasional. Tanpa ragu sedikitpun Amer memasuki bandara dan melalui serangkaian proses yang harus dilewati oleh Jemaah Calon Haji pada umumnya.

Namun sebuah kondisi mengagetkan membuat Amer harus diperiksa oleh petugas dalam waktu yang lama karena diduga adanya indikasi kesalahan pada parsport atau visa yang dipegangnya. Karena pemeriksaan yang cukup lama akhirnya sang pilot memutuskan untuk memberangkatkan pesawat tanpa keberadaan Amer di dalamnya.

Disinilah keajaiban bermula. Pada saat pesawat berangkat, Amer bergeming dan tidak meninggalkan bandara meskipun selangkah. Amer dengan keyakinan yang kokoh mengatakan bahwa dia pasti akan berangkat. Apakah pernah kita perhatikan bahwa pesawat yang sudah lepas landas sangat jarang untuk kembali ke bandara asal karena hampir semua hal sudah dipastikan dengan baik bahwa pesawat tidak akan bermasalah sampai tempat tujuan.

Tapi tidak dengan kisah Amer. Pesawat itu kemudian kembali ke bandara asal karena mengalami gangguan teknis pada saat mengudara. Meskipun pesawat telah kembali, namun Amer tetap belum bisa masuk kedalam pesawat karena pilot memutuskan untuk melakukan perbaikan pesawat tanpa membuka sama sekali pintu pesawat sehingga tidak ada satu orangpun yang bisa keluar masuk. Setelah cukup lama mendapatkan perbaikan oleh tim ahli akhirnya pesawat itupun dinyatakan siap untuk kembali mengudara tanpa kendala sama sekali.

Pesawat tersebut kemudian lepas landas sekali lagi tanpa keberadaan Amer didalamnya. Lantas apakah yang dilakukan oleh Amer. Ternyata Amer kembali "kekeh" dengan keputusannya untuk tidak meninggalkan bandara. Dengan keyakinan yang mantap dia kembali mengatakan bahwa dia akan berhaji tahun ini karena kehendak Allah.

Disinlah Allah memperlihatkan kekuasaannya. Allah menakdirkan pesawat yang baru beberapa menit mengudara kembali mengalami gangguan teknis dan melakukan putar balik ke bandara asal dimana Amer masih setia menunggu disana untuk berangkat haji. Kali ini pilot memutuskan bahwa pesawat tidak akan berangkat tanpa kehadiran Amer didalamnya. 

Dengan wajah berseri dan senyum yang sumringah seorang Amer melangkah dengan pasti menuju pesawat yang akan memberangkatkan ke tanah suci memenuhi panggilan Allah untuk berhaji.

Kawan-kawan sekalian keyakinan atau dalam bahasa agama kita adalah iman yang kokoh dari seorang Amer mambuat sesuatu yang sangat silit terjadi tapi dengan kekuasaan Allah sehingga sesuatu itu terjadi dengan sangat mudah. Amer yang awalnya sudah ditinggalkan pesawat dengan yakinnya akan tetap berangkat haji membuat pesawat kembali 2× untuk dirinya dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala.

Saudara-saudaraku sekalian para pejuang dakwah. Pernahkah kita mengevaluasi keyakinan atau iman kita kepada Allah. Bagi yang sedang ditimpa masalah, pernahkah kita yakin bahwa Allah menyiapkan pahala yang besar dan memberikan jalan keluar yang terbaik dari masalah itu.

Saudara-saudaraku yang sedang sakit, pernahkah kita dengan keyakinan yang kokoh bahwa kita akan disembuhkan oleh Allah. Saudaraku yang diberi kesempitan rezki,pernahkah kita yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah akan meberikan kelapangan kepada kita. Saudaraku para pejuang dakwah, pernahkah kita yakin dengan teguh sebagaimana keyakinan Amer bahwa ketika kita menolong agama Allah maka Allah akan menolong kita.

Saudaraku seiman para pejuang dakwah, mungkin selama ini kita telah menegakkan kewajiban dan sunnah yang agung dalam agama. Sholat berjamaah tidak pernah ketinggalan, sedekah yang tak terhitung, puasa sunnah menghiasi keseharian, dan banyak amalan luar biasa yang menjadi rutinitas kita masing-masing, tapi tak ada salahnya kita kembali mengokohkan keyakinan/iman kita kepada Allah dalam mengarungi kehidupan yang fana ini dan mengaruhi dakwah yang terjal penuh rintangan.

Sebuah renungan bagi diri pribadi yang membutuhkan akan ilmu, nasehat, dan pertolongan dari Allah subhanahu Wa Ta'ala

Oleh: Ustaz Muh.Ilham Bayu Anugrah, S.Sos., MBA

Hikmah | 03 Jun | Selengkapnya ...
Dengarkan Streaming Online

 Radio Wahdah

Dakwah - Pendidikan - Sosial - Kesehatan

Ormas Islam Bermanhaj Ahlussunnah Wal Jamaah

Profil


DPD Wahdah Islamiyah Bulukumba

Jl. Kusuma Bangsa, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulu
Telp. +62 821-4777-1717
Makassar - Indonesia 90234
E-Mail : admin@wahdah.or.id